Thursday, January 17, 2008

Sate dan Gule Kambing Asih

Sate kambing dan pasangannya, gule kambing maupun tongseng kambing, selalu ada di setiap kota di jawa. Lumayan susah juga mencari sate dan gule yang enak di batam. Warung Asih terletak di daerah Bengkong, Batu Ampar. Menemukannya karena referensi dari teman. Aku sendiri tidak terbayang harus masuk ke pemukiman padat dengan lalulintas yang kacau hanya untuk mencari warung makan.

Daerah Bengkong kemungkinan merupakan satu-satunya wilayah yang tidak tersentuh oleh polisi lalu lintas batam. Lampu merah kuning hijau dengan mudahnya dilanggar. Apabila lampu merah, kemudian kita berhenti, ada kemungkinan kita akan ditabrak dari belakang. Dan uniknya, atau menyebalkannya, yang dianggap salah adalah kita. Kenapa berhenti ? ... Gile beneerrr. Cocok untuk meng-ospek temen-temenku yang baru belajar nyetir mobil.

Ratusan angkot sliwar-sliwer kemudian ngetem di sembarang tempat. Sepeda motor dengan lincahnya digeber abis melewati keramaian orang dan kendaraan. Kadang-kadang pengendara motor menguji keberuntungannya dengan memotong jalur mobil maupun truk. Menguji keberuntungan karena mereka berharap sopir mobil yang akan mengerem atau banting setir. Kalau tidak beruntung, ya siap-siap untuk celaka, masuk rumah sakit. Pengendara motor batam juga tidak mengerti apa guna spion. Di tempat kerjaku, sudah terkenal idiom untuk pengendara mobil maupun motor yang sembarangan, tidak tahu aturan, tidak sayang nyawa, santai memotong jalur dst. dst., dengan "Dasar, sopir didikan Batam !"

Sampai di Asih, langsung disambut dengan asap pembakaran sate dan bau kambing. Mungkin ini juga hanya ada di Asih, bahkan satu-satunya di Indonesia, warung makan dan kandang kambing bersebelahan ! Kasihan kambing-kambingnya, melihat rekan, teman, dan pacarnya di sate maupun di gule di depan mata mereka sendiri.

Pembakaran satenya memanfaatkan teknologi modern, yaitu kipas listrik. Aku tidak terlalu nge-fans dengan kipas listrik, karena bara arangnya akan lebih besar, sehingga bagian luar sate cepat gosong namun bagian dalamnya belum matang. Berhubung sate di sini kecil-kecil, maka bagian dalamnya matang juga deh. Gule juga dilayani di bagian depan warung, seperti terlihat di foto di atas. Nasi putih dan minuman yang dilayani dari bagian belakang warung.

Satenya sendiri memiliki susunan yang umum. Mulai dari yang ujung adalah daging, kemudian daging lagi, kemudian gajih, dan terakhir daging. Entah siapa yang pertama kali menemukan susunan tersebut, sehingga melegenda ke seluruh penjual sate di Indonesia. Ada dua pilihan bumbu, yaitu bumbu kecap atau kacang. Saya pribadi kurang suka dengan kacang, karena rasa gurih dari kacang akan menghilangkan rasa daging sate itu sendiri. Kalau memang ingin merasakan rasa kacang, ya mending beli kacang dua kelinci aja, ya ngga ? Gak perlu susah-susah beli sate kambing.


Daging satenya sendiri agak alot, yah khas sate kambinglah. Rasanya lumayan. Hanya saja, ukuran yang kecil itu yang membuat ku kurang puas makan sate di sini. Masih belum ada yang bisa mengalahkan sate kambing Pak Soleh, di Kauman, Malang.

Yang lebih yummy adalah gule kambingnya. Gule kambing ini santannya tidak terlalu banyak, sehingga agak encer. Walaupun kuahnya agak encer, rasanya tetap leker/gurih. Justru ke-encer-an ini yang memberikan sensasi segar, tidak neg. Kadang-kadang kalau kita makan makanan bersantan banyak, seperti opor, soto medan, maka dalam beberapa suapan, langsung terasa kenyang, eneg. Aku dapat makan nasi satu porsi dengan hanya menggunakan kuah gule kambing Asih, sama sekali tidak terasa eneg.


Isinya standar juga, jerohan kambing dan tulang-tulang yang masih ada dagingnya sedikit. Aku penggemar gule kambing, tapi tidak suka dengan jerohan. Jadi sulit juga, harus memilih-milih iga, atau ujung tulang kaki yang masih ada dagingnya. Jerohan yang kumakan paling hanyalah babat.

Agar bisa merasakan daging kambing dan kuah gule, maka kami selalu datang minimal berdua. Satu pesan sate, satu pesan gule. Sehingga bisa saling tukar-menukar daging dan kuah. Apabila kuah habis, tinggal minta lagi, "Mas, tambah kuah gule ya." Lanjut ...