Saturday, December 22, 2007

Sop Ikan Yong Kee, Batam

Tidak lengkap rasanya, tinggal di batam tapi tidak cerita tentang sop ikan. Sop ikan sudah menjadi trademark kota batam. Sama seperti gudeg yang menjadi trademarknya jogja, lumpia untuk kota semarang, bakso malang, siomay bandung, sate madura, asinan bogor, pecel madiun, rujak cingur surabaya, rawon nguling, konro makassar, ayam bakar taliwang, rendang padang, pempek palembang dll.

Sop ikan yang paling terkenal ada di warung Yong Kee. Warung ini pertama kali ada di daerah Nagoya. Silahkan datang ke Nagoya, tanya ke tukang parkir atau siapapun, pasti akan tahu lokasi warung sop ikan. Terletak di ruko, mungkin 2 ruko dijadikan satu menjadi sebuah warung.
Setelah populer, Yong Kee membuka cabang baru di daerah Batam Center. Total ada 4 ruko yang dijadikan satu. Hanya saja, di Batam Center ini kelihatannya harganya lebih mahal. Dan rasanya tidak terlalu pas dengan yang di Nagoya. Secara lokasi, Batam Center lebih nyaman, karena tidak terletak di pinggir jalan besar.

Masuk ke restoran, sudah langsung terbayang sop ikannya memang. Jadi secara refleks, mulut kita sudah memesan sop ikan, walaupun kita belum berpikir ingin makan apa. Ada dua macam sop ikan, ada yang dicampur dengan udang dan cumi, biasa disebut sop seafood. Ada yang murni ikan, biasanya aku bilang sop ikan aja. Minumannya adalah jus kiwi, yang tidak pernah ada (atau aku yang belum pernah tahu) di restoran lain.

Menu lain sebagai snack sambil menunggu pesanan kita dibikinin adalah otak-otak. Otak-otak batam berbeda dengan di kota lain. Warnanya merah, bukan putih. Batam dengan tanjungpinang memiliki resep otak-otak yang sama. Otak-otak biasanya dibuat dari cumi atau ikan tenggiri yang digiling, dicampur bumbu-bumbu termasuk lombok, parutan kelapa (mohon koreksinya) kemudian dibungkus daun kelapa, dan dibakar. Rasanya memang enak, agak tajam, menusuk-nusuk lidah, karena sedikit pedas memang.



Akhirnya datang juga sop ikannya, eh sop seafood dink. Sop ikan ini selalu dimasak satu porsi-satu porsi. Tujuannya supaya rasanya pas. Karena kalau jumlah porsinya berbeda, pasti takarannya akan berbeda. Hukum kelipatan dalam matematika tidak berlaku untuk masakan :). Ikannya segar, udang dan cumi segar, dicampur dengan bumbu rahasia (beneran aku tidak tahu), ditambah asinan sawi dan tomat hijau, jadilah sop ikan yang segar, tidak amis maupun lengket.

Sayuran lettuce sudah disiapkan di mangkok, kemudian sop ikan yang sudah matang, disiramkan ke mangkok. Sehingga sayuran tetap renyah, krauk ... krauk ... Inti masakan cina kan di situ, lembut untuk daging, renyah untuk sayur. Juru masak makanan cina harus memiliki skill teknik api yang tinggi, sehingga sayurnya tetap renyah.

Enak memang, dan harganya makin lama makin melambung, karena turis-turis yang mau ke/dari singapura, biasanya mampir ke sup ikan, sebelum melanjutkan perjalanan. Lanjut ...

Tuesday, December 04, 2007

Beef Steak, HarbourFront

Hari minggu kemaren jalan-jalan ke Singapore, nonton SITEX 2007 di Singapore Expo, deket Changi. Rencananya mau cari wireless access point, mp3 player sama digital camera. Kamera digitalku yang lama, Canon Powershot A75, rusak karena banyak yang minjam. Rencananya mau berangkat pagi-pagi, tapi seperti biasa, selalu telat bangun. Akhirnya berangkatnya terburu-buru, tidak sempat sarapan.

Nyampe di HarbourFront, antre-nya panjang banget. Keluar dari imigrasi jam 11 - an. Akhirnya diputuskan makan dulu di sana. Dapat rekomendasi dari inna, bahwa di Banquet, semua makanan halal. Biasanya aku makan di pujasera, di seberang HarbourFront. Banquet terletak di lantai dasar HarbourFront, sebelahnya Dellifrance.

Masuk ke Banquet, terdapat bermacam-macam menu, dan memang semua warung memiliki sertifikasi halal. Ada masakan padang, yong tahu, western, india, mie dan carrot cake. Aku mencoba western, dan pesan beef steak. Harganya pukul rata, SGD7.


Memasaknya sederhana, daging steak dipanggang di atas grill, dicelup bumbu, kemudian di grill lagi. Porsinya tidak kira-kira, sangat banyak. Lihat aja piring di atas, diameternya hampir dua kali sendok garpunya. Kalau ingin jadi manusia purba carnivora yang buas, disinilah tempatnya. Setelah matang, disiram dengan saus black pepper (hot) atau mushroom (sweet).

Dagingnya agak alot, tapi yang dekat gajih malah lebih lunak. Agak hambar, memang masakan yang berbumbu hanya masakan asia (selain jepang). Tapi ya itu, karena kita carnivora, rasa daging panggang sebenarnya sudah enak, walaupun tanpa bumbu. Apalagi dalam jumlah banyak, benar-benar mengenyangkan dalam jangka waktu yang lama.

Jadi kalau ke Singapore lewat Batam, dan ingin merasakan steak halal dalam porsi besar, silahkan mampir ke Banquet. Lanjut ...

Tuesday, October 23, 2007

Serba Jagung

Masa-masa setelah lebaran, selalu aku yang paling terakhir balik ke tempat kerja. Suasana, setelah semua keramaian dan keributan karena keponakan pada ngumpul, menjadi sepi kembali. Menu-menu masakan kembali normal. Tidak ada ketupat, opor, telur petis, daging bunder2 khas lebaran.

Rumah di yogya, tepatnya di daerah pogung, sebagian halaman belakang dijadiin kebun sama ortu. Saat lebaran tahun ini, tanamannya adalah jagung. Tepat sekali, berarti saatnya makan sop jagung. Rasanya sudah lama sekali tidak makan sop jagung. Sejak aku kuliah di Bandung, tidak pernah lagi mencicipi sop jagung.

Sebenarnya sih, ortuku menanam tomat juga, buat dibikin pizza. Ngetes oven baru rencananya. Hanya saja alam tidak bersahabat musim ini. Tomat-tomat yang ditanam ortuku, tidak berbuah dengan baik. Ukurannya kecil2. Ketika kami ke desa, untuk nyekar, melewati persawahan dan perkebunan, beberapa petak yang kulihat ditanamin tomat, juga tidak berbuah dengan semestinya. Yang laris adalah tembakau. Memang benar-benar kering yogya saat lebaran.

Pagi-pagi, bapakku memetik beberapa jagung muda di kebun (gambar atas). Tingkat kesulitannya tinggi loh. Kenapa ? Soalnya jagung-jagung tuh masih terbungkus sama klobot (kulit jagung). Jadi tidak keliatan, mana yang belum muncul biji jagungnya, mana yang jagung muda, dan mana yang sudah tua. Kalau dapat jagung tua, ibu ngomel2, "arep dimasak opo ?", hihihi. Soalnya jagung tua pasti keras, dan kami tidak punya hewan peliharaan.


Setelah memilih yang muda2, jagung kemudian diiris-iris, diambil biji2nya, serta diulek. Bonggolnya dibuang. (ya iya lah, mau diapain lage). Kemudian aku disuruh memetik seledri (gambar atas) buat tambahan bumbu2nya, selain merica dan garam. Lalu ada tambahan wortel. Setelah semua bahan direbus dan diaduk2, jadilah Sop Jagung !


Namun ternyata tidak hanya sop jagung. Ibu juga bikin dadar jagung. Bahan utamanya sama, jagung muda. Diulek bersama telur, ditambahi udang, siap untuk digoreng. Aku dulu, waktu masih SMA di Malang, pernah ditinggal ibuku untuk arisan. Tidak sempat untuk menggoreng dadar jagung buat makan siang. Aku diminta menggoreng sendiri. Heheh, langsung udang-udangnya kukumpulkan, dan kugoreng jadi satu dalam dadar jagung spesial. Sayangnya, dadar jagung spesialku malah tercerai berai, tidak ada jagung yang mengikatnya menjadi satu. Lebih banyak udangnya sih ... Langsung ketauan deh sama ibuku, koq yang lainnya tidak ada udangnya ?


Yak saatnya makan ! Sebagai pembuka, adalah sop jagung. Slurrpp, kental dan terasa banget jagungnya. Ditambahi juga dengan sedikit rasa merica, hmm enak. Jagung yang baru dipetik, tanpa pupuk buatan dan pestisida, benar-benar segar. Orangtuaku penganut organik, tapi tidak ekstrim. Kalau memang bisa ditumbuhkan sendiri, ya itu yang organik. Kalau tempe tahu, ya harus beli, walaupun dibuat dari kedelai transgenik-nya amerika. Beras pun organik, dari sawah sendiri di desa.

Tanpa terasa, piring sudah licin tandas. Belum-belum sudah terasa penuh perut. Karena memang jagung adalah karbohidrat. Tapi kalau belum makan nasi, ya masih kurang. Nasi putih mengepul dari beras organik, dimakan bersama dadar jagung. Wuih, ini juga enak. Udang memang favoritku, walaupun mengandung banyak kolesterol. Dadar jagung ini rasanya manis, sesuai lidah jawa. Kenyang deh ...

Thanks Mom ! I love you. Lanjut ...

Tuesday, September 11, 2007

Sarangbang

Sarangbang adalah nama restoran Korea yang ada hotel Harmoni, Nagoya, Batam. Sarangbang sendiri adalah bahasa Korea, yang artinya adalah Gandok (bahasa jawa: kamar tamu). Dulu pernah sih kesana, sama Sanaki-san. Tapi pas kebetulan gak bawa kamera, jadi gak bisa foto-foto. Nah, sekarang berkesempatan lagi untuk mencicipi masakan Korea. Informasi yang dibawa pun bisa lebih banyak, karena kebetulan di Indonesia kan sempet heboh Jewel In The Palace. Sok tau jadinya, pesen Bulgogi, entah rasanya seperti apa ...

Aku dan Andy diajakin oleh Henry Lee, orang Amerika keturunan Korea yang sedang mengembangkan project eGov untuk OB. Ayahnya Henry adalah teman satu kost Gus Dur ketika kuliah di Baghdad. Project eGov-nya sih keliatannya gak jelas, programmernya harus dari Korea, komputer2nya harus dari merk korea juga. Debat dari jam 9 pagi sampai malam, akhirnya jam 8 malam diajakin makan menu Korea, setelah sorenya disuap dengan JCo Donuts hehe ...

Sebagai appetite adalah Soup Seafood. Warungnya memberi nama seperti itu, bukan nama korea. Mungkin supaya kita bisa paham kali. Mirip seperti tom yam, citarasa asam dan pedas, hanya saja lebih leker, sesuai dengan lidah jawa, enak. Isinya juga sama, ada kepiting, udang, cumi dan bonus tahu. Sayurnya sawi yang diasinin.


Yang tak boleh dilewatkan ketika makan di restoran Korea adalah Kimchi. Asinan khas Korea, yang sayurnya juga sawi. Jangan-jangan, orang Korea memang hanya bisa menanam sawi :)
Selalu disajikan dingin, sehingga pedasnya makin kerasa. Nah, kalau di foto di bawah ini, kimchi tuh yang paling bawah. Sedangkan yang di ujung atas, adalah wajan untuk Soup Seafood.


Satu set dinner masakan Korea selalu lengkap seperti foto di atas. Walaupun kita hanya pesan satu jenis makanan, otomatis akan ditambah dengan capcay (piring besar paling kiri). Capcay yang dimaksud adalah seperti bihun goreng dicampur dengan sayuran. Kemudian ada teri, asinan bawang putih, kangkung rebus, sambal. Pernah ngga makan asinan bawang putih ? Iya bener, satu siung bawang putih utuh. Kletus ... langsung aroma bawang putih, dan rasa menyengat menyelimuti mulut. Tapi beberapa detik kemudian, terasa manis.

Menu yang lain adalah Hot Rice Cake, kalau di foto di atas, piring yang ada telur rebusnya itu lho. Dibuat dari tepung beras, bahan yang sama untuk membuat kwetiaw, kemudian dibentuk lenjer-lenjer, seperti pempek lenjer. Namun lebih lemas, samalah seperti teksturnya kwetiaw. Direbus dulu, kemudian dibumbu pedas, ditumis bareng telur rebus. Rasanya biasa saja.

Menu utama tentu saja adalah Bulgogi. Kami pesen Beef Bulgogi. Khas Korea, manis. Terdiri dari daging sapi diiris tipis-tipis, ditambah dengan irisan wortel, paprika sedikit. Mirip seperti dendeng ungkep-nya Ibu. Dimakan dengan nasi hangat, menggunakan chopstick. Enak ...


Kesimpulannya, masakan korea hanya ada rasa manis atau pedas. Dan kombinasi tersebut ternyata menghasikan rasa yang enak. Lanjut ...

Friday, August 24, 2007

Warung Bu Tatang, Bandung

Minggu lalu habis jalan-jalan ke Bandung sama sayangku, Anggi. Kebetulan dia juga libur. Kan TransTV notorious untuk masalah jadwal kerja. Seenaknya telpon pegawai untuk masuk dan kerja sampai jam 3 pagi. Susah cari libur barengnya.

Berangkat pagi-pagi ke Gambir, dapat tiket yang jam 5 pagi. Enak, tidak ada antrian lagi kayak dulu waktu aku mahasiswa. Karena sekarang sudah ada tol cipularang, semua pada lewat sana. Namun tetap aja, kereta api lebih romantis hehe. Dari dulu aku penggemar kereta api. Ketika pertama kali pergi ke Bandung, aku memilih naik kereta api, sementara teman-temanku lebih suka naik bus. Banyak yang bisa dikenang di kereta api, daripada di bus.

Sampai Bandung sekitar jam 8 pagi. Langsung terasa dinginnya. Keluar lewat pintu selatan, pengen nostalgia comro, namun ternyata sedang tidak ada yang jual gorengan. Ya udah, langsung naik angkot St Hall - Dago. Turun di pasar simpang Dago, untuk ganti angkot dengan Caringin - Sadang Serang. Melihat pasar simpang, lalu teringat ada mie ayam dan es durian yang kata temen-temenku enak, di Jl. Tubagus Ismail 1. Aku sendiri sih, tidak terlalu nge-fans dengan mie ayam. Tapi Anggi penggemar mie ayam. Jadilah kita mampir ke sana.

Habis dari mie ayam, kembali ke tujuan utama. Kita jalan kaki melewati jl. Ciheulang, sampai ke Sekeloa, warungnya Bu Tatang. Warung yang melegenda dalam hidupku. Waktu mahasiswa, minimal sebulan sekali, makan di sana. Suasana yang nyaman, makanan yang enak, dengan harga mahasiswa, membuatku ketagihan. Popularitas warung Bu Tatang hanya terbatas di anak SMA 3 Malang, dan teman2 mereka pastinya. Karena promosinya hanya dari mulut ke mulut. Letak warung ini agak jauh dari jalan besar.

Berhubung masih pagi, lumayan sepi lah. Bisa langsung dapat tempat duduk. Warung Bu Tatang ini, kalau mau pesan, lebih asyik langsung ke dapurnya. Di sana sudah berjajar lauk pauk yang berdebar-debar untuk disantap, memenuhi kerakusan kita :)

"Pagi Bu Tatang"
"Eh, Aa. Kemana saja ?" (beliau tidak pernah tahu namaku)
"Sekarang tinggal di Batam"
"Makin gemuk. Sama temannya ?" (biasanya aku sama Gandi, atau Reza)
(aku senyum pepsodent aja) "Ngga. Ada ikan mas ?"
"Aya, berapa ?"
"Ngg, kalau gepuk ada ?"
"Habis A'"
"Yah ... kalau tongkol ? "
"Tongkol tidak ada juga" (wah, keliatannya ada penurunan diversifikasi makanan nih, dadar jagung pun tidak keliatan).
"Ikan Mas dua, sama tempe, dan sop" (akhirnya aku pesan menu standar yang populer di sini).

Aku pun balik, menunggu di meja makan dengan tidak sabar :)

Dan, mulailah berdatangan, set lengkap makan siang (tapi aku makannya jam 10 hehe) di warung Bu Tatang.



Setiap kali kita pesan makanan, apapun, maka akan selalu diikuti dengan sambal terasi, lalap, nasi satu ceting. Tempe, walaupun waktu pesen tidak menyebutkan berapa biji, akan diberi dalam jumlah banyak. Yang selalu kulakukan pertama adalah, makan sop-nya yang masih panas separo, sebagai appetite, separo-nya lagi kusisakan sebagai desert. Sop ini standar, seperti sop umumnya, dengan merica yang agak banyak, jadi pedas. Isinya pun sama, ada wortel, kubis, daun prei, kentang dan tetelan daging. Ada juga bawang putihnya.

Setelah perut kita menjadi hangat, kucolek-kan tempe pada sambel trasi, dan hap, kugigit separo. Wuah, rasanya enak bangettt. Sambal yang terbuat dari banyak trasi, sedikit tomat, garam dan lombok tentunya, benar-benar membuat lidah bergoyang. Ada tambahan vetsin sih sebenarnya. Ini adalah salah satu sambel yang kusuka, selain sambel bajak (untuk rawon) buatan Ibu. Tapi tetep saja, tidak habis, pasti ber-sisa separo. Kalau temen-temenku, pada nambah nih sambelnya. Anggi pun suka pada sambelnya.

Nasi hangat, tempe dan sambal; kombinasi yang mantap. Tidak ada warung lain yang bisa menyajikan kombinasi ini dengan lebih enak. Tapi di Warung Bu Tatang masih ada specialty lagi, yaitu ikan mas goreng. Keliatannya sebelum digoreng, ikannya diolah terlebih dahulu. Yang jelas, ketika berjajar di dapur, ikan mas ini memang kelihatan setengah matang, tinggal goreng ketika ada yang pesan.



Penyajian ikan masnya unik. Kalau biasanya, ikan mas hanya dibersihkan perutnya, kemudian diolah. Di warung ini, ikan mas dibelah menjadi dua. Kepalanya pun dibelah menjadi dua. Dianjurkan untuk memakannya ketika hangat, karena kalau dingin, durinya menjadi keras, sehingga ada tugas tambahan untuk menyingkirkan durinya.

Daging di punggung selalu kelihatan yang paling menantang untuk dimakan terlebih dahulu. Usapkan ke sambel, taruh di atas nasi, kemudian masukkan ke mulut. Daging ikannya terasa lunak, tipikal ikan sungai. Namun tidak lembek dan amis. Kalau ini tergantung skill pemasaknya. Rasanya ya seperti ikan goreng. Kalau ikan mas di warung Bu Tatang ada sedikit rasa manisnya, walaupun yang mendominasi tetap rasa asin.

Bergantian tempe dan ikan, tidak terasa sudah habis, ikannya tinggal tulang belulang dan kepala. Temenku bahkan bisa menghabiskan kepalanya :) Kalau aku agak lebih beradab lah, kasihan kucingnya gak kebagian nanti. Heh, istirahat dulu. Kemudian kembali ke dapur, bayar dan pamit ke Bu Tatang.

Yak, setelah perut terisi, terserah Anggi mau jalan ke manapun, sudah kuat.
"I'm coming Bandung !" Lanjut ...

Tuesday, August 14, 2007

Ke Padang

Sekitar bulan April 2007, proposal dosen muda yang kumasukkan ke Kopertis X di Padang, diterima. Aku diminta untuk menyelesaikannya selama 3 bulan, sampai bulan Juli. Agustus ini harus presentasi ke Padang. Gak enaknya, yang dari Politeknik Batam cuma aku. Jadinya sendirian jalan-jalan ke Padang-nya.

Berangkat naik Merpati, hehe ... ngeri juga. Atau karena secara psikologis aku sudah beranggapan bahwa Merpati itu pesawatnya jelek. Alhamdulillah, berhasil mendarat dengan selamat di bandara Minangkabau. Ini adalah bandara baru, fasilitas lengkap dan modern. Garbarata dari kaca, bersih, landasan di tepi pantai, dan cukup panjang. Dari bandara tinggal naik bis shuttle untuk ke kota.

Mampir ke Kopertis dulu, kemudian baru cari hotel. Karena miskin, terpaksa cari hotel yang murah deh ... Dapat hotel Femina, di pusat kota, sebelah alun-alun Imam Bonjol. Pilih hotel Femina karena dulu waktu pertama kali ke Padang, sama panitianya diinepkan disana. Untuk acara presentasi penelitian ini harus menggunakan dana sendiri. Istirahat, tidur, mandi-mandi.

Malamnya, tentu saja langsung hunting ke Martabak Kubang. Makanan khas kota Padang. Bukan masakan Padang loh. Kalo masakan Padang kan sudah mendunia, sedangkan Martabak Kubang yang asli ini, hanya ada di kota Padang. Dari alun-alun Imam Bonjol, tinggal berjalan ke barat (arah pantai). Lihat terus ke sebelah kanan jalan. Apabila ketemu warung dengan martabak yang disusun berjejer-jejer dan bertumpuk-tumpuk banyak, itulah warung Martabak Kubang. Memang warung ini kalau bikin martabak langsung banyak, dalam satu penggorengan besar. Karena yang beli memang tidak kira-kira. Beli 5, 10 sekaligus. Menarik mengamati skill dan kecepatan pembuat martabaknya.


Nyampe sana, agak kecewa sih, soalnya Sate Padang yang jualan di sebelahnya sedang tutup. Aku kan lagi rakus ... mumpung di Padang. Ya udah, akhirnya pesen Martabak Kubang satu, diabisin sendiri :). Sama es jeruk. Martabak ini kulitnya tipis dan tidak renyah seperti kebanyakan martabak lain, lembut. Namun porsi telur untuk isinya sangat generous. Seperti makan telur dadar yang tebel, telurnya lebih dari satu. Daging sapinya juga cukup banyak, sudah diiris kecil-kecil. Campuran isi yang lain, standar seperti martabak, ada daun prei, bawang merah, sama merica yang terasa mengigit. Selain itu ada slight hint of bumbu gulai. Orang Padang kan paling jago bikin gulai, apapun bisa di-gulai.

Perbedaan lain dengan martabak biasanya, adalah dikasih kuah. Kuahnya pasti air donk ... dan keliatannya dicampur sama cuka sama sedikit kecap. Rasanya lebih ke manis, jadi ada tambahan gula mungkin. Terus ditaburi sama cabe rawit yang di-rajang, sama bawang merah, dan dicemplungi seiiris tomat. Cara makannya, tusuk sepotong martabak dengan garpu, celupin ke kuah, kemudian masukkan ke mulut ... wah, enak tenan. Tapi saya anjurkan, nyelupin ke kuahnya jangan sampe terendam semua. Karena nanti rasa yang mendominasi di mulut adalah rasa kuah. Rasa martabaknya akan kalah.

Hap ... hap ... hap ... kenyank deh. Setelah makan, bayar 10 ribu buat martabaknya. Pulangnya naek angkot, soalnya kalo jalan takut suduken. Lanjut ...

Tuesday, July 10, 2007

Makan Durian di Singapore

Durian keliatannya makanan kelas bawah di Singapore. Terlihat dari tempat penjualannya di wilayah yang memang banyak orang miskinnya. Yaitu di Bugis dan di Geylang. Hari ini abis dari ITE (www.ite.edu.sg), trus jalan-jalan ke SimLim.

Informasi dari banyak orang, di daerah Dickson Road, banyak ruko-ruko yang menjual notebook second. Tentu saja aku langsung berburu ke sana. Keliling punya keliling, hanya ketemu 3 toko yang menjual notebook second. Tanya-tanya harga, ternyata masih mahal juga, sama dengan harga Batam (belum ditawar).

Abis itu, sholat di masjid Abdul Gafoor. Masjid kuno, yang merupakan national monument sejak 1974. Kecil, namun arsitekturnya terlihat rumit.

Masjid Abdul Gafoor

Herannya, waktu datang pukul setengah lima WIB, ternyata masih jamaah untuk sholat ashar, padahal seharusnya adzannya kan sekitar pukul setengah empat WIB. Kelihatannya jamaahnya menyesuaikan dengan waktu India (sebagian besar jamaah masjid adalah orang india).

Kemudian keliling-keliling SimLim Square, survei harga laptop baru sekarang. Laptop Acer Turion kelihatannya cukup bagus. Sudah 64 bit, dapat memori 1 GB, harganya SGD 990. Laptop murah yang lain adalah dari HP, seri V3000 dengan harga SGD 1190. Oh ya, di SimLim sedang populer frame digital. Harganya sekitar SGD 200, 8 inch. Bisa juga buat menjalankan video dan mp3. Pengen beli, buat orang rumah.

Sebelum pulang, mampir ke Bugis Village, cari durian. Nglewatin Fu Lou Shu Complex, nyampe deh di Bugis Village. Bau durian sudah tercium. SGD 10 dapat 3 buah duriah, ada juga yang kecil-kecil, 1 dollar per buah. Aku pilih yang kecil-kecil saja. Beli 2 buah, langsung dimakan di tempat. Pilihnya pun asal pilih. Orang-orang lain memilih dengan hati-hati. Ada yang dikocok-kocok, dibaui, ditepuk-tepuk, semua cara dipakai untuk menentukan yang paling enak.
Kebanyakan yang beli durian adalah orang-orang cina kelas bawah, yang miskin, dan sudah paruh baya. Mungkin anak-anak mudanya pada gengsi ya ?


Tempat jualan Durian

Durian Malaysia memang enak ... yummy !
Rasanya manis dan ada pahit-pahitnya dikit. Mungkin yang bikin pahit adalah alkoholnya. Karena duriannya kelihatannya sudah lama matangnya, sampai agak lembek. Dan ketika masuk perut, memang agak panas. Kebetulan belum makan siang, jadi kembung perutnya.

Setelah cuci tangan (disediakan ember dan gayung untuk cuci tangan), langsung ke halte Bencoolen, naik bis nomor 65 menuju HarbourFront. Berhubung belum makan siang, dan hari sudah sore, pukul 18.00 WIB, maka aku makan dulu di food centre-nya terminal bis HarbourFront. Seperti biasa, aku pesan nasi Briyani Mutton (kambing) dan teh tarik dingin. Temen-temenku pada gak suka dengan nasi Briyani. Heran, padahal mengenyangkan dan murah. Makanan di Singapore kan terkenal mahal-mahal.

Nasi Briyani ala India dengan sepotong paha kambing

Setelah kenyang, pulang deh, naik Penguin Ferry nomor 16. Lanjut ...

Tuesday, July 03, 2007

tempat tinggalku

coba ngetes kalo nambah gambar dari flickr.


ini adalah ruang tengah.


tv-nya jelek, tidak bisa nerima siaran dengan jelas. jadi hanya dipakai buat maen PS2.
Lanjut ...