Saturday, April 19, 2008

Ayam Bacem, Sei Panas

Lama sudah tidak makan disini. Letaknya di deretan warung seberang Zouk diskotek di Sei Panas. Susah sih neranginnya, soalnya di Batam gak ada nama jalan. Sebelum makan, belanja dulu di Ace Hardware. Pengen beli tirai untuk kamarku. Sehingga kalau malam-malam lampu kamar kunyalakan, lebih terasa privasi, tidak keliatan dari luar. Walaupun sebenarnya kamarku di lt 5, tidak akan keliatan juga.

Berhubung aku malas memegang palu maupun bor, maka aku pakai palang-nya shower curtain. Dan kebetulan tirai yang ada di Ace Hardware adalah shower curtain, ya udah deh, kamar tidurku jadi kayak kamar mandi :( Tapi warna tirainya cerah kok (tetep aja Tok, kesannya tetap kamar mandi).

Pemilik warungnya adalah orang takwa. Kalau anda berpikir penjualnya berjenggot dan celana tiga perempat, Salah ! Orang takwa adalah batak jawa. Soalnya dia berasal dari medan, dan bisa berbahasa jawa. Menu yang tersedia adalah ayam goreng, ati ampela, lele, tahu tempe. Semuanya menggunakan bumbu yang sama, mirip bumbu bacem.

Dulu sering makan di warung ini karena pacarnya didi rumahnya di daerah yang sama, sehingga setiap kali habis mengantar didi pacaran, pulangnya makan di sini. Yah, beginilah kalau terlalu akrab, bahkan pacaran pun harus bareng-bareng, jarang punya kesempatan berdua. Anggi dulu juga suka ngambek, "kenapa sih kalau keluar selalu bareng2 ? Aku kan ingin memilikimu sendiri". Hiks ... huhuu ... kangen sama anggi T_T


Seperti biasa, aku pesan ayam goreng. Atau kalo lagi bosen, pesen ati ampela. Nah, kalo pesen ati ampela, kita tidak diberi satu ati satu ampela, tapi langsung banyak, sekitar 3 ati, 3 ampela. Namun yang terasa bacem-nya, hanya ayam goreng saja. Tempe, tahu ataupun ati, tidak terasa manis.

Kulitnya renyah, dan paling terasa enak. Manis dan gurih. Yang selalu kumakan pertama. Baru setelah itu makan nasi dan daging ayam bagian dada. Colekin ke sambel yang pedes banget, dan hap. Memang sambelnya bener-bener pedes, apalagi daging ayamnya panas. Tapi kalau tidak dioles ke sambalnya, terasa ada yang kurang.

Yang terakhir kumakan adalah bagian sayap, karena bumbunya juga paling terasa di sana. Bumbu bacem itu terdiri dari apa ya ? Yang pasti gula, gula jawa kali. Kombinasi dengan asem, sedikit garam, sereh dll. Ayamnya direbus bareng bumbu2 tersebut. Setelah itu dijajar di depan warung. Pembeli tinggal pilih, kemudian goreng. Enak, silahkan datang ke warung ayam bacem ini (gak tau nama warungnya apa). Lanjut ...

Thursday, April 17, 2008

Bebek Gurih dan Gudeg Pendopo (part 2)

Setelah kenyank, berangkat menuju DC Mall. Mau cari buku ke gramedia ceritanya. Sholat ashar di sana, kemudian naik ke gramedia. Ternyata Prince Of Tennis 31 sudah muncul. Langsung ambil saja. Koleksi komik jepangku lumayan banyak. Aku lebih suka cerita-cerita fantasi, seperti Record of Lodoss War, Gundam series, Samurai Deeper Kyo. Untuk olahraga, ya tenis itu.

Trus ke supermarketnya. Belanja minuman2 di supermarket habis 100 ribu. Hadoh, 100 ribu sekarang sudah tidak ada artinya. Harga-harga mahal semua. Dulu aja, waktu kecil, seribu rupiah nabungnya sampai berminggu-minggu, buat beli sebatang silver queen. Wuih, senengnya kalo dapat silver queen. Termasuk makanan elit jaman dulu.

Dari DC Mall, jalan lagi untuk makan malam. Gudeg Pendopo adalah pilihannya. Lokasinya di Baloi, di sebelah selatan UIB (universitas internasional batam). Pas maghrib, pas nyampe di sana. Gudeg Pendopo memiliki interior yang sebagian besar berupa kayu. Kayu selain memberi kesan hangat, juga memberi kesan jaman dulu.

Aku sendiri heran, kenapa hal-hal yang berhubungan dengan jawa tengah atau yogya selalu identik dengan jaman dulu, masa-masa primitif. Padahal jawa tengah maupun yogya sekarang sudah modern. Sudah memiliki kemacetan hehe (salah satu ciri kota besar di indonesia). Bahkan iklan AirAsia pun menyesatkan. Untuk rute KL - Yogya disebut dengan terbang dari kota modern ke kota kuno. Sialan, padahal KL isinya juga gitu-gitu aja, tidak ada kebudayaannya. KL Tower pun yang mbangun orang indonesia semua. Arsiteknya orang indonesia, buruh-buruhnya TKI indonesia.


Suguhan yang pertama kali datang adalah Secang, minuman dari jahe berwarna merah. Gelasnya mini, mirip gelas wisky, sekali tenggak langsung habis. Tapi mata langsung berair. Bodoh banget, jahe yang panas, pasti membakar tenggorokan, pedesss, hahhh. Mana tidak ada air putih lagi. Minuman yang datang kemudian adalah teh poci. Poci dan gelasnya terbuat dari tanah liat. Sendokkan beberapa butir gula batu ke gelas, kemudian tuang tehnya, aduk sebentar. Maka gula batunya tidak akan larut. Mengaduk gula batu harus lama. Tapi manisnya memang enak.


Gudeg yang kupesan adalah gudeg komplit yang terdiri dari terdiri dari secuil ayam, separo telur, sejimpit gudeg dan dua sendok trecek. Komplit sih komplit, tapi sedikit-sedikit. Jadi tidak puas makannya. Untuk rasa, ya lumayanlah, bisa mengobati kangen pada gudeg. Tapi sebenarnya jauh banget dibanding dengan gudeg Yu Djum, Bu Amad dll yang ada di Yogya sana.

Menu lain yang dipesan andy adalah oseng tempe. Manis. Ya iya lah, secara masakan yogya. Tempe diiris-iris panjang, kemudian ditumis sama lengkuas, lombok ijo, tomat, dan tentu saja kecap. Di dalam rasa manis yang mendominasi, terdapat sedikit sentuhan pedas dari lombok ijo dan kesegaran tomat. Cukup enak.


Akhirnya selesai juga perjalanan hari ini. Pulang langsung tidur, kecapekan. (kekenyangan dink ... xixixi) Lanjut ...

Sunday, April 06, 2008

Bebek Gurih dan Gudeg Pendopo (part 1)

Seperti biasa, hari minggu pagi selalu kelaparan. Kalo sedang tidak ada mobil, ya selamat menahan lapar. Kebetulan hari ini mobil keluar semua, dipakai sosialisasi, nganter tamu, entah apa lah alasannya. Jam 1 akhirnya ada mobil juga. Bersama daniel, andy, anung, kami jalan-jalan keluar naik daihatsu taruna.

Dan seperti biasa juga, yang penting keluar dulu. Masalah mau jalan ke mana mah, itu urusan nanti. Di tengah jalan, sang sopir selalu kebingungan,

"makan dimana ?"
"terserah ..."
"hmpphh ...", sopirnya makin jengkel.

Kebetulan paginya aku browsing-browsing di 21 cineplex, lihat ada film baru Three Kingdom: Resurrection Of The Dragon. Yang maen Andy Lau. Satu-satunya film asing yang diputar di 21. Ok, kalau begitu, kita makan di Nagoya Hill. Nyampe jam 2 di Nagoya Hill, langsung ke studio 21. Walah, ternyata filmnya maen jam 2:15. Alamat menahan lapar lebih lama deh. Tengok-tengok 21 Cafe, ada hotdog ternyata. Lumayan, pengganjal perut.

"Hotdog e entek (habis) om", anung laporan.

Pilihannya tinggal popcorn dan sesuatu yang kelihatannya seperti kentang, namanya Nachos ... atau Tacos ya ? Tentu saja aku pilih yang sesuatu kayak kentang. Lagian harganya 25 ribu, muahal. Makanan dari kentang kan biasanya mahal-mahal. Setelah dapat makanannya, dibuka, loh ... kok tidak seperti kentang. Ternyata ini adalah tortilla, keripik jagung. Diketawain sama andy, jagung aja harganya 25 ribu. Aromanya agak busuk. Oh, bau keju. Keju kan emang bau. Keju Kraft itu tidak bau karena sudah diolah, dicampur tepung lagi. Dasar, produsen, cari untung terus.

Jadi di dalam bioskop, terdengar suara brisik krauk-krauk, makan tortilla yang dioleskan ke keju kental. Enak juga, sebenarnya lebih enak lagi kalau yang dioleskan itu adalah kentang goreng (maksa pokoknya, terlebih saat itu lagi pengen makan kentang, kecewa kok trus dapat jagung). Filmnya sendiri bercerita tentang kemunculan dan kehebatan Zhao Zilong, salah satu dari lima jendral Liu Bei (silahkan baca novel Romance Of Three Kingdom, karangan Luo Guanzhong untuk lebih jelasnya). Dimulai dari kedatangan Zhuge Liang (penasehat Liu Bei) ke desa tempat pasukan Zhao Zilong berada. Berkat strategi Zhuge Liang, Zhao Zilong dan pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Cao Cao yang jauh lebih banyak.

Moral ceritanya sih, tentang persahabatan dua orang, yang saling membantu dan saling memotivasi. Namun kemudian salah satu berkhianat, karena iri dengan kesuksesan sahabatnya itu. Walaupun sudah dikhianati, tetap saja masih dianggap sahabat. Aku pengen nonton, soalnya paling suka dengan film kolosal maupun film silat masa lalu. Setiap ada film kolosal perang kerajaan, selalu pengen nonton. Entah film hongkong, korea maupun jepang. Saur Sepuh juga nonton loh :) Ceritanya selalu tentang orang hebat. Bagaimana mereka belajar, berlatih, berkorban, bekerja keras, dan berpendirian teguh untuk mencapai cita-citanya. Secara aku adalah orang yang suka bermalas-malasan. Jadi cocok lah, mencari motivasi dari film-film tersebut.


Bubaran nonton, langsung window shopping ke food street Nagoya Hill, cari-cari makanan yang enak. Cari yang belum pernah juga sih. Ada Ayam Goreng Fatmawati, ada Seafood Lingga, ada Takeshi Bento, ada Solaria, ada Kaya Toast, ada KFC, ada A&W, ada Godiva, ada Fisherman. Kemudian terlihat Pondok Bebek Gurih. Hmmm, keliatannya warung baru nih, soalnya belum pernah keliatan.


Duduk di luar, sambil ngeceng, kami pesen menu bebek tentu saja. Aku pesen bebek goreng, yang lain pesen bebek bakar.

"Bebeknya alot ngga mas?", tanyaku ke penjual.
"Oh, iya mas, alot ini", jawab dia dengan yakinnya.
"??!!?!?!?"

Sebelumnya si penjual menyapaku sok dengan bahasa jawa, jadi aku tanya pakai bahasa jawa. Ternyata dia gak ngerti bahasa jawa. 80+5-20+39-4= cepe deehh ...


Dan inilah bebek gorengku. Keliatannya memang empuk, tidak alot. Dibacem dulu mungkin. Aroma dan penampakannya mirip seperti daging bacem soalnya. Atau diungkep dulu. Ambil mulai dari sayap dulu, dan memang empuk, tidak amis. Oleskan ke sambel, campur dengan nasi, waaa ... pedes. Tapi bebeknya memang enak. Bolehlah pasang judul bebek gurih. Kata temenku yang pesen bebek bakar, rasanya juga enak. Akhirnya nemu juga bebek yang enak di batam. Bebek-bebek yang lain selalu alot, dan rasanya gak se-enak bebek yang kumakan di simpang dago, bandung.

catatan:
alot = keras, liat. lawan kata dengan empuk. Lanjut ...