Tuesday, August 14, 2007

Ke Padang

Sekitar bulan April 2007, proposal dosen muda yang kumasukkan ke Kopertis X di Padang, diterima. Aku diminta untuk menyelesaikannya selama 3 bulan, sampai bulan Juli. Agustus ini harus presentasi ke Padang. Gak enaknya, yang dari Politeknik Batam cuma aku. Jadinya sendirian jalan-jalan ke Padang-nya.

Berangkat naik Merpati, hehe ... ngeri juga. Atau karena secara psikologis aku sudah beranggapan bahwa Merpati itu pesawatnya jelek. Alhamdulillah, berhasil mendarat dengan selamat di bandara Minangkabau. Ini adalah bandara baru, fasilitas lengkap dan modern. Garbarata dari kaca, bersih, landasan di tepi pantai, dan cukup panjang. Dari bandara tinggal naik bis shuttle untuk ke kota.

Mampir ke Kopertis dulu, kemudian baru cari hotel. Karena miskin, terpaksa cari hotel yang murah deh ... Dapat hotel Femina, di pusat kota, sebelah alun-alun Imam Bonjol. Pilih hotel Femina karena dulu waktu pertama kali ke Padang, sama panitianya diinepkan disana. Untuk acara presentasi penelitian ini harus menggunakan dana sendiri. Istirahat, tidur, mandi-mandi.

Malamnya, tentu saja langsung hunting ke Martabak Kubang. Makanan khas kota Padang. Bukan masakan Padang loh. Kalo masakan Padang kan sudah mendunia, sedangkan Martabak Kubang yang asli ini, hanya ada di kota Padang. Dari alun-alun Imam Bonjol, tinggal berjalan ke barat (arah pantai). Lihat terus ke sebelah kanan jalan. Apabila ketemu warung dengan martabak yang disusun berjejer-jejer dan bertumpuk-tumpuk banyak, itulah warung Martabak Kubang. Memang warung ini kalau bikin martabak langsung banyak, dalam satu penggorengan besar. Karena yang beli memang tidak kira-kira. Beli 5, 10 sekaligus. Menarik mengamati skill dan kecepatan pembuat martabaknya.


Nyampe sana, agak kecewa sih, soalnya Sate Padang yang jualan di sebelahnya sedang tutup. Aku kan lagi rakus ... mumpung di Padang. Ya udah, akhirnya pesen Martabak Kubang satu, diabisin sendiri :). Sama es jeruk. Martabak ini kulitnya tipis dan tidak renyah seperti kebanyakan martabak lain, lembut. Namun porsi telur untuk isinya sangat generous. Seperti makan telur dadar yang tebel, telurnya lebih dari satu. Daging sapinya juga cukup banyak, sudah diiris kecil-kecil. Campuran isi yang lain, standar seperti martabak, ada daun prei, bawang merah, sama merica yang terasa mengigit. Selain itu ada slight hint of bumbu gulai. Orang Padang kan paling jago bikin gulai, apapun bisa di-gulai.

Perbedaan lain dengan martabak biasanya, adalah dikasih kuah. Kuahnya pasti air donk ... dan keliatannya dicampur sama cuka sama sedikit kecap. Rasanya lebih ke manis, jadi ada tambahan gula mungkin. Terus ditaburi sama cabe rawit yang di-rajang, sama bawang merah, dan dicemplungi seiiris tomat. Cara makannya, tusuk sepotong martabak dengan garpu, celupin ke kuah, kemudian masukkan ke mulut ... wah, enak tenan. Tapi saya anjurkan, nyelupin ke kuahnya jangan sampe terendam semua. Karena nanti rasa yang mendominasi di mulut adalah rasa kuah. Rasa martabaknya akan kalah.

Hap ... hap ... hap ... kenyank deh. Setelah makan, bayar 10 ribu buat martabaknya. Pulangnya naek angkot, soalnya kalo jalan takut suduken.

No comments: