Thursday, April 17, 2008

Bebek Gurih dan Gudeg Pendopo (part 2)

Setelah kenyank, berangkat menuju DC Mall. Mau cari buku ke gramedia ceritanya. Sholat ashar di sana, kemudian naik ke gramedia. Ternyata Prince Of Tennis 31 sudah muncul. Langsung ambil saja. Koleksi komik jepangku lumayan banyak. Aku lebih suka cerita-cerita fantasi, seperti Record of Lodoss War, Gundam series, Samurai Deeper Kyo. Untuk olahraga, ya tenis itu.

Trus ke supermarketnya. Belanja minuman2 di supermarket habis 100 ribu. Hadoh, 100 ribu sekarang sudah tidak ada artinya. Harga-harga mahal semua. Dulu aja, waktu kecil, seribu rupiah nabungnya sampai berminggu-minggu, buat beli sebatang silver queen. Wuih, senengnya kalo dapat silver queen. Termasuk makanan elit jaman dulu.

Dari DC Mall, jalan lagi untuk makan malam. Gudeg Pendopo adalah pilihannya. Lokasinya di Baloi, di sebelah selatan UIB (universitas internasional batam). Pas maghrib, pas nyampe di sana. Gudeg Pendopo memiliki interior yang sebagian besar berupa kayu. Kayu selain memberi kesan hangat, juga memberi kesan jaman dulu.

Aku sendiri heran, kenapa hal-hal yang berhubungan dengan jawa tengah atau yogya selalu identik dengan jaman dulu, masa-masa primitif. Padahal jawa tengah maupun yogya sekarang sudah modern. Sudah memiliki kemacetan hehe (salah satu ciri kota besar di indonesia). Bahkan iklan AirAsia pun menyesatkan. Untuk rute KL - Yogya disebut dengan terbang dari kota modern ke kota kuno. Sialan, padahal KL isinya juga gitu-gitu aja, tidak ada kebudayaannya. KL Tower pun yang mbangun orang indonesia semua. Arsiteknya orang indonesia, buruh-buruhnya TKI indonesia.


Suguhan yang pertama kali datang adalah Secang, minuman dari jahe berwarna merah. Gelasnya mini, mirip gelas wisky, sekali tenggak langsung habis. Tapi mata langsung berair. Bodoh banget, jahe yang panas, pasti membakar tenggorokan, pedesss, hahhh. Mana tidak ada air putih lagi. Minuman yang datang kemudian adalah teh poci. Poci dan gelasnya terbuat dari tanah liat. Sendokkan beberapa butir gula batu ke gelas, kemudian tuang tehnya, aduk sebentar. Maka gula batunya tidak akan larut. Mengaduk gula batu harus lama. Tapi manisnya memang enak.


Gudeg yang kupesan adalah gudeg komplit yang terdiri dari terdiri dari secuil ayam, separo telur, sejimpit gudeg dan dua sendok trecek. Komplit sih komplit, tapi sedikit-sedikit. Jadi tidak puas makannya. Untuk rasa, ya lumayanlah, bisa mengobati kangen pada gudeg. Tapi sebenarnya jauh banget dibanding dengan gudeg Yu Djum, Bu Amad dll yang ada di Yogya sana.

Menu lain yang dipesan andy adalah oseng tempe. Manis. Ya iya lah, secara masakan yogya. Tempe diiris-iris panjang, kemudian ditumis sama lengkuas, lombok ijo, tomat, dan tentu saja kecap. Di dalam rasa manis yang mendominasi, terdapat sedikit sentuhan pedas dari lombok ijo dan kesegaran tomat. Cukup enak.


Akhirnya selesai juga perjalanan hari ini. Pulang langsung tidur, kecapekan. (kekenyangan dink ... xixixi)

1 comment:

Anonymous said...

waaaa ada poto om andy..!!!
(*lompat2 nunjuk-nunjuk :D