Monday, March 24, 2008

Soto Kadipiro, Yogyakarta (part 1)

Libur plus cuti bersama (kamis, jumat) kumanfaatin untuk pulang ke yogya, sekalian menghadiri acara mitoni titis, adikku. Namun aku melakukan kesalahan dengan tidak memesan tiket terlebih dahulu. Terbang ke jakarta pada hari senin malam. Kemudian nginep di rumahnya mas yoko, cikarang.

Nah masalah mulai muncul. Hari selasa keliling-keliling bandara, semua terminal kujelajahi, tidak ada satu tiketpun untuk penerbangan ke yogya. Sorenya naik bis bandara menuju Gambir. Nyampe sana, tiket ke yogya, ada sekitar 4 kereta yang lewat yogya, semuanya abis ... bis ... sss. Berhubung sepatuku basah karena kehujanan, kupikir lebih baik balik ke cikarang dulu, menyusun strategi baru sambil mengeringkan sepatu (apa hubungannya coba?)

Besoknya, dari Cikarang, aku berangkat jam 12 siang, langsung ke Gambir, karena bandara kelihatannya tidak menjanjikan. Nyampek, langsung antri yang Gajayana tujuan malang, karena loket ini yang buka terlebih dahulu. Antri satu jam, ternyata abis sebelum aku berhasil mencapai mbak penjual tiket yang pasang tampang jual mahal (secara banyak sekali cowok yang antri di depannya minta tanda tangan ... eh tiket dink).

Gagal di pertama, keliling ke pintu utara. Celingak celinguk, ikut antri di loket 22. Sebenarnya ada 2 antrian, loket 22 dan loket 23. Kupikir dua2nya sama-sama jual tiket yang sama, karena ngobrol dengan depanku maupun belakangku, semuanya tujuan yogya juga. Sambil dengerin mp3 dari samsung YP-U3 baruku, dan baca intisari, aku berdiri dengan setianya selama 3 jam, sampai loketnya dibuka.

Ternyata oh ternyata, antrianku adalah untuk Argo Anggrek ke surabaya. Loket 23 lah yang ke solo. Namun antrian depanku cerdas juga. Dia langsung belok (baca: menyerobot) diam-diam ke antrian loket 23. Sebagai seorang oportunis yang ingin ketemu orangtua, aku ikut aja di belakangnya :) Orang-orang tidak ada yang tahu, karena antriannya sangat rapat, dan pannnjaannng.

Yang pertama dijual adalah Argo Lawu, hanya tersedia 28 tempat duduk ! Padahal yang antri ratusan orang. Argo Lawu gagal. Kemudian jam 7 malam, mulai dijual Taksaka. Sama, 28 tempat duduk. Gagal lagi, namun aku sudah berhasil mencapai peringkat 4 (emang lomba apaan ?) Untungnya ada kereta argo lawu tambahan, dibuka jam 8 malam. Yang dijual 28 tempat duduk juga. Beruntung bisa mendapatkan tiketnya. Kereta berangkat jam setengah sepuluh malam.

Makan dulu, sholat maghrib dan isya, kemudian tongkrong di platform gambir paling atas. Kereta berangkat tepat waktu, aku duduk di gerbong penumpang paling belakang, kursi paling belakang. Masih ada gerbong generator sih di buntutnya. Langsung tidur, capek bgt antri. Bangun-bangun pas subuh, sholat dulu. trus mengamati jalan, pohon-pohon saling berkejaran. Kereta api memang romantis, kesannya damai.

Dan tepat pukul 6 pagi, kereta sudah sampai di stasiun tugu. Wuih, senengnya. Hilang semua lelah ketika antri hari sebelumnya. Turun dari kereta, disambut dingin pagi hari yang menyegarkan. Bapakku yang mau jemput masih di jalan, jadi aku yang nungguin di parkiran mobil.

(bersambung ke part 2, habis kepanjangan).

No comments: