Monday, March 24, 2008

Soto Kadipiro, Yogyakarta (part 2)

Sebelum nyampe rumah, di daerah Pogung, Kaliurang, mampir dulu beli bubur gudeg, di pinggir jalan kaliurang, deket UGM. Katanya sih enak. Simboknya buka warung lesehan. Waktu aku datang sepi sih. Aku mbungkus bubur, tambah gudeg, tambah trecek, tambah ayam, tambah telor. Serakah pokoknya, secara sudah berbulan-bulan gak makan gudeg.

Di rumah, langsung kubuka buburnya. Hap, enak sekali untuk mengisi perut yang kedinginan. Bubur gudeg memang enak kalo pagi hari, antara jam 5 s/d 7. Gak tau apa yang membuat berbeda. Kalo sudah agak siangan, lebih baik makan nasi gudeg. Gudeg adalah makanan khas yogya yang terbuat dari nangka muda, direbus sama gula jawa, sehingga manis dan warnanya coklat kemerahan. Trecek merupakan sambel untuk gudeg. Kulit sapi yang dibuat jadi rambak, kemudian disayur sampai kering lagi. Enak, kenyil-kenyil. Ayamnya sendiri di-opor, kuah santan putih. Telurnya adalah telur rebus yang disisipin di sela-sela gudeg, sehingga warnanya menjadi coklat juga. Kenyank deh. Habis itu, mandi trus tidur. Ternyata masih kecapekan.

Siang-siang, jam 2-an, dibangunin ibuku, "ono anggi".
I feel awkward ketika bertemu anggi. Anggi pasti mau ngomongin kelanjutan hubungan kami ke ortuku. Ortuku belum tahu kalau kami sudah sepakat untuk jalan sendiri-sendiri. Rencananya sih mau kuomongin hari ini, eh ternyata anggi sudah datang duluan. Makan siang bareng dulu, trus kami ngomong kalo hubungan kami tidak bisa diteruskan. Karena ada perbedaan pendapat mengenai tempat tinggal di masa depan nanti. Ortuku ok-ok aja, walaupun keliatannya agak shock sih.

Selesai sudah, it's a wrap. Karena orangtuaku sudah tahu, maka tidak bisa diselamatkan lagi hubunganku. Pasti mereka sudah ilfil dengan anggi. Semuanya tinggal kenangan. Masa-masa awal ketemu dengan anggi. Maen yahoo messenger walaupun kantornya hanya beda ruang. Mulai terasa deg-degan sejak anggi belajar nyetir mobil. Selain deg-degan karena cinta, juga deg-degan takut nabrak :) Belajar di depan asrama haji, atau kadang kubawa ke stadion tumenggung abdul jamal. Berdua ke pulau Sambu, serasa bulan madu ke pulau pribadi. Ke pantai, berenang di laut, ndayung kano berdua, setiap malam ke mal. Jalan kaki sore-sore sepulang kantor, dengan sinar senja matahari yang memerah. Nonton anime "Monster" malem-malem di kampus, hunter x hunter di rumah, masak bareng. Ketika anggi pindah ke jakarta, maen ke dufan, tmii, sragen, bogor, bandung, kebun binatang jogja, kraton, kaliurang, berdua trus.

Terimakasih sudah mengisi hatiku. Ini memang kesalahanku. Perempuan adalah makhluk yang emosional, kadang-kadang dia tidak tahu apa yang diinginkan. Laki-laki dikarunia rasionalitas. Itulah kenapa Islam menjadikan laki-laki pemimpin di keluarga, untuk mengambil keputusan2 penting. Selama ini aku selalu mengalah, tidak pernah mengambil keputusan, tidak pernah tegas terhadap segala sesuatu mengenai hubungan kita. Selalu berusaha mengakomodir keinginan anggi yang ingin bekerja dan ingin dekat dengan ortunya. "Terserah kamu ..." itu jawabku untuk segala sesuatunya. Mungkin itu membuat anggi bingung, marah dan capek. Aku baru sadar hal ini setelah baca ayat-ayat cinta (habiburahman el shirazy) dan sang pemimpi (andrea hirata), yang sayangnya sudah terlambat. Kalau aku tegas meminta, "kamu ikut suami kemanapun suami pergi", mungkin PHK (putus hubungan kekasih) ini tidak akan terjadi.

Saling mencintai dan saling setia memang tidak cukup. Biarlah menjadi pelajaran untuk tidak mengulang kesalahan. Dan biarlah semuanya menjadi kenangan. Karena kenangan adalah harta manusia yang paling berharga. Tepat setelah ngobrol dengan ortu, kakakku yang dari surabaya datang, satu mobil. Anggi buru-buru pamit, tidak mau kuantar seperti biasanya, sampai ke terminal bis. Dia milih pulang sendiri.

Sorenya, dan keesokan harinya, beres-beres buat acara mitoni titis, adikku. Mitoni, adalah serangkaian acara, doa supaya bayi yang dikandung sehat, yang diadakan pada kehamilan bulan ketujuh. Mulai dari doa, sungkem ke ortu, siraman, memecah kendi, membelah kelapa gading, memecah telur, ganti baju tujuh kali, sampai jualan rujak. Habis itu makan nasi tumpeng.

Tamu-tamu, yang merupakan keluarga besar kami, silih berganti berdatangan. Mitoni memang dianjurkan untuk mengundang keluarga dan teman dekat saja, untuk mempererat silaturahmi. Akhirnya selesai juga sorenya. Tikar, meja kursi langsung diberesi.

Hari senin pagi, diajak ke soto ayam kadipiro. Ini merupakan salah satu soto yang legendaris dalam sejarah hidupku, selain soto lamongan di malang. Sejak kecil selalu diajak ke sini oleh ortuku. Warung yang cukup populer. Setiap musim liburan selalu penuh dengan plat B maupun plat luar kota lainnya.


Suasana warung soto, mirip seperti warung-warung soto lainnya. Penuh dengan kalender-kalender dari CV / PT / Toko Mas macem-macem, dengan gambar artis-artis cantik. Mulai dari nike ardila waktu aku masih kecil, sampai dengan marshanda.


Kami mengambil tempat duduk di depan penjualnya langsung. Bapak penjual soto ini sejak aku masih kecil juga tidak berubah. Tangannya dengan cepat meracik soto pesanan kami. Mulai dari ambil nasi putih, menambahkan irisan seledri, irisan ayam, bawang goreng, sepotong perkedel yang dicuil sedikit. Entah cuilannya dibuang kemana. Jangan2 didaur ulang :) Lalu dikasih kuah soto. Perkedel di sini memang dicuil supaya kuah sotonya bisa meresap ke dalam perkedel, sehingga perkedel jadi lembek, dan kentangnya bercampur dengan kuah soto, membuat kuahnya lebih kental.

Tada ... pesenanku langsung disodorkan ke aku. Aku selalu minta tambah ayam yang diiris-iris kecil, kemudian dikasih tomat, brambang goreng dan kecap. Seperti terlihat di gambar atas sebelah kiri. Jangan terburu-buru makannya, tunggu agak hangat. Sayang sekali kalo makan soto langsung ditelan karena kepanasan, kita jadi tidak bisa merasakan nikmatnya soto kita.

Perkedel adalah yang selalu kumakan terlebih dahulu. Karena yang tidak panas. Beberapa orang lebih suka mengaduk-aduk perkedelnya sampai hancur. Setelah itu baru kusendok ayam yang diiris-iris campur kecap dan brambang goreng, celupkan ke soto, campurkan dengan nasi dan kuah. Inilah kekuatan soto kadipiro dibanding soto-soto lain. Kuahnya leker. Agak manis, lengket, dan tidak terlalu asin seperti soto jawa timuran. Ayamnya juga jagoan, ayam kampung yang kreot-kreot, tidak empuk banget seperti ayam ras. Kombinasi kuah dan ayam ini benar-benar mematikan. Makanlah dengan mulut tertutup. Selain lebih sopan, rasa sotonya juga akan ter-amplify beberapa kali lipat :P Beneran, lebih enak. Untuk minumnya, sebenarnya aku mencari sarsaparilla. Sirup jadul, yang mengandung banyak zat pewarna dan zat perasa, ditambah sedikit soda. Namun sesekali kan gak apa-apa (mode pembelaan diri: ON). Sayangnya aku masih dilindungi untuk tidak mengkomsumsi minuman karsinogen tersebut, karena habis. Jadi pesen jerut anget saja.

Hari selasa aku balik Batam dengan tiket 1,5 jt rupiah. Hiks ... mahal banget. Kembali lagi ke rutinitas setelah melewati beberapa kejadian. Ternyata hanya demi merasakan soto kadipiro, aku mengalami berbagai kejadian yang membuat aku lebih kuat dan tegar menghadapi hidup. Hehehe gak dink, bukan demi soto kadipiro. Ke yogya yang penting ketemu orang tua, bukan soto kadipironya.

Kunjungi yogya, kunjungi soto kadipiro :)

Visit Yogyakarta / Jogja

1 comment:

dita said...

sayang sekali yah bisa sampe bubar, padahal udah banyak juga yah yang kalian lalui bersama... harusnya kamu tegas sama dia, dan jangan hanya diam saja. kayaknya kamu orang yang tertutup yah...sama pacar sendiri saja kamu ngak bisa open. (maaf yah)