Saturday, May 03, 2008

Ayam Goreng Fatmawati, Batam

bSetelah kemaren gagal nonton Ironman, kita coba lagi hari sabtu siang. Dapat tiket jam setengah tiga. Sepi banget, soalnya bukan nomat (nonton hemat). Sabtu Minggu harganya 25 ribu, hari lainnya 15 ribu. Sebelum nonton, makan siang dulu di food court-nya nagoya hill. Kita pilih ayam goreng fatmawati.


Ayam goreng fatmawati konsepnya adalah masakan sunda. Walaupun kemudian ber-evolusi menambahkan beberapa menu dari daerah lain, seperti bandeng presto maupun cumi yang gak ada di sunda. Saya gak tau pusatnya dimana, yang jelas warung fatmawati ini banyak bertebaran di kota-kota besar di indonesia.


Tempat duduknya lumayan modern. Berbentuk lesehan, namun di bawah meja ada kolong. Sehingga bagi yang tidak suka lesehan, dapat tetap duduk. Kombinasi yang menyenangkan kedua belah pihak. Desain ini pertama kali kulihat di resto kediri, batam center, di ruang VIP-nya. Di resto kediri, diberi bantal tipis buat duduk, yang tidak kutemukan di fatmawati ini.

Lauk pauk dipilih sebelum kita duduk. Jadi ketika datang, langsung diarahkan ke tempat lauk pauk setengah matang yang berjajar di etelase kaca. Menu-menunya standar, mulai dari ayam goreng, gepuk, bandeng presto, tempe, tahu, dadar jagung, usus sampai dengan cumi. Kemudian lalapan yang memang khas sunda. Ada lalapan mentah, ada lalapan yang sudah direbus. Terserah kita, mau menjadi kambing atau ngga :D (just kidding)

Tapi aku memang suka sekali dengan penampilan fisik cewek sunda. Mereka cantik, langsing dan kulitnya selalu putih segar; mungkin karena sering makan lalapan, yang notabene sayuran menyehatkan, tidak berlemak.

Supaya bisa kolu (jawa: memakan) sayuran mentah ini, disediakan berbagai macam sambal. Ini juga keunggulan masakan sunda. Kalau konsep barat, 'sambal'-nya untuk lalapan (english: salad) paling cuma mayonaisse atau thousand island, yang sebenarnya kontradiktif, karena saus mereka itu dari lemak juga, tidak jadi sehat. Sedangkan sambal kita, tidak berlemak. Beberapa memang digoreng dulu pake minyak goreng, tapi jumlahnya sedikit. Ada sambal mangga, sambal terasi, sambal oncom, sambal kecap, dll. Semuanya kita ambil sedikit-sedikit.


Yang terbungkus daun pisang ini adalah pepes teri. Terinya bukan sembarang teri, tapi teri medan yang kecil-kecil dan mahal itu. Enak memang. Kemudian ada usus goreng, dadar jagung, cumi bakar dan bandeng presto. Walaupun nama warungnya adalah ayam goreng fatmawati, namun kami tidak ada yang memesan ayam goreng :) Bandeng prestonya juga boleh dicoba, rasanya pas. Kadang-kadang ada bandeng presto yang terlalu asin.

Habis makan, nonton Ironman. Ceritanya tentang pemilik pabrik senjata di amerika, yang berkunjung ke afganistan untuk mendemonstrasikan senjata terbarunya. Namun di afganistan, dia malah tertangkap oleh gerilyawan. Dari sana dia tahu ternyata senjata buatannya dibeli oleh gerilyawan afganistan untuk membunuhi tentara amerika. Dia kemudian membuat baju besi supaya bisa kabur.

Setelah berhasil kabur, ia kemudian memutuskan untuk menutup pabrik senjatanya, beralih ke usaha lain, walaupun tidak disetujui partnernya. Pengusaha ini kemudian mengembangkan baju besinya yang akan dia gunakan untuk kebaikan. Dia kembali lagi ke afganistan, membantu masyarakat di sana. Propaganda juga sih. Seolah-olah gerilyawan afganistan itu menyengsarakan masyarakat sekitarnya. Padahal gerilyawan sebenarnya berusaha mengusir tentara amerika dan sekutu yang melindungi jalur distribusi milik perusahaan pencuri minyak mentah (chevron, halliburton, exxon-mobil, HESS). Walaupun sebenarnya legal, tapi bagiku, perusahaan-perusahaan amerika yang tidak memberikan bagi-hasil memadai untuk negara indonesia, adalah pencuri. (padahal pengen juga kerja di oil company hehe)

Setelah nonton Ironman, pulangnya kita mampir ke masjid raya, mau ngicipin es cendol. Sekalian ashar dulu di sana, kemudian pesen rujak buah dan es cendol. Es cendol itu es dawet. Jadi ada dawetnya, yang terbuat dari tepung hungkwe. Warnanya selalu ijo. Belum pernah lihat es dawet yang warnanya selain ijo. Padahal tepung hungkwe buat bikin dawet, ada warna-warna yang lain loh. Dawetnya sudah bercampur dengan santan dan es, jadi sama mas penjualnya tinggal ditambahin dengan gula jawa cair. Gulanya sendiri juga sudah bercampur dengan nangka, sehingga aromanya makin nikmat. Setelah itu, gelas plastiknya dikasih tutup, kemudian dikocok-kocok, tidak diaduk. Mungkin mas penjualnya terinspirasi dengan film james bond, yang ketika pesan martini, selalu "shake, not stir".

Dan memang hasilnya enak. Bisa memuaskan rasa dahaga dan rasa lapar. Silahkan dicoba, es cendol ayu, didepan masjid raya.

1 comment:

Anonymous said...

"Tapi aku memang suka sekali dengan penampilan fisik cewek sunda. Mereka cantik, langsing dan kulitnya selalu putih segar; mungkin karena sering makan lalapan, yang notabene sayuran menyehatkan, tidak berlemak."

(*sayangnya aku bukan orang sunda.. :D