
Ayam goreng fatmawati konsepnya adalah masakan sunda. Walaupun kemudian ber-evolusi menambahkan beberapa menu dari daerah lain, seperti bandeng presto maupun cumi yang gak ada di sunda. Saya gak tau pusatnya dimana, yang jelas warung fatmawati ini banyak bertebaran di kota-kota besar di indonesia.

Tempat duduknya lumayan modern. Berbentuk lesehan, namun di bawah meja ada kolong. Sehingga bagi yang tidak suka lesehan, dapat tetap duduk. Kombinasi yang menyenangkan kedua belah pihak. Desain ini pertama kali kulihat di resto kediri, batam center, di ruang VIP-nya. Di resto kediri, diberi bantal tipis buat duduk, yang tidak kutemukan di fatmawati ini.

Tapi aku memang suka sekali dengan penampilan fisik cewek sunda. Mereka cantik, langsing dan kulitnya selalu putih segar; mungkin karena sering makan lalapan, yang notabene sayuran menyehatkan, tidak berlemak.
Supaya bisa kolu (jawa: memakan) sayuran mentah ini, disediakan berbagai macam sambal. Ini juga keunggulan masakan sunda. Kalau konsep barat, 'sambal'-nya untuk lalapan (english: salad) paling cuma mayonaisse atau thousand island, yang sebenarnya kontradiktif, karena saus mereka itu dari lemak juga, tidak jadi sehat. Sedangkan sambal kita, tidak berlemak. Beberapa memang digoreng dulu pake minyak goreng, tapi jumlahnya sedikit. Ada sambal mangga, sambal terasi, sambal oncom, sambal kecap, dll. Semuanya kita ambil sedikit-sedikit.

Yang terbungkus daun pisang ini adalah pepes teri. Terinya bukan sembarang teri, tapi teri medan yang kecil-kecil dan mahal itu. Enak memang. Kemudian ada usus goreng, dadar jagung, cumi bakar dan bandeng presto. Walaupun nama warungnya adalah ayam goreng fatmawati, namun kami tidak ada yang memesan ayam goreng :) Bandeng prestonya juga boleh dicoba, rasanya pas. Kadang-kadang ada bandeng presto yang terlalu asin.
Habis makan, nonton Ironman. Ceritanya tentang pemilik pabrik senjata di amerika, yang berkunjung ke afganistan untuk mendemonstrasikan senjata terbarunya. Namun di afganistan, dia malah tertangkap oleh gerilyawan. Dari sana dia tahu ternyata senjata buatannya dibeli oleh gerilyawan afganistan untuk membunuhi tentara amerika. Dia kemudian membuat baju besi supaya bisa kabur.
Setelah berhasil kabur, ia kemudian memutuskan untuk menutup pabrik senjatanya, beralih ke usaha lain, walaupun tidak disetujui partnernya. Pengusaha ini kemudian mengembangkan baju besinya yang akan dia gunakan untuk kebaikan. Dia kembali lagi ke afganistan, membantu masyarakat di sana. Propaganda juga sih. Seolah-olah gerilyawan afganistan itu menyengsarakan masyarakat sekitarnya. Padahal gerilyawan sebenarnya berusaha mengusir tentara amerika dan sekutu yang melindungi jalur distribusi milik perusahaan pencuri minyak mentah (chevron, halliburton, exxon-mobil, HESS). Walaupun sebenarnya legal, tapi bagiku, perusahaan-perusahaan amerika yang tidak memberikan bagi-hasil memadai untuk negara indonesia, adalah pencuri. (padahal pengen juga kerja di oil company hehe)

Dan memang hasilnya enak. Bisa memuaskan rasa dahaga dan rasa lapar. Silahkan dicoba, es cendol ayu, didepan masjid raya.
1 comment:
"Tapi aku memang suka sekali dengan penampilan fisik cewek sunda. Mereka cantik, langsing dan kulitnya selalu putih segar; mungkin karena sering makan lalapan, yang notabene sayuran menyehatkan, tidak berlemak."
(*sayangnya aku bukan orang sunda.. :D
Post a Comment