Tuesday, May 20, 2008

Rawon Brintik, Malang

Hari rabu besok, anung mau menikah. So, aku pulang ke malang. Seperti biasa, aku selalu menunda-nunda pembelian tiket. Dan hasilnya, dapat tiket mahal. Pengennya beli tiket yang langsung batam-surabaya. Tapi ternyata dapatnya transit lewat cengkareng. Ya udah gak papa, lumayan, ganti pemandangan. Siapa tahu, setelah transit, penumpangnya ganti jadi lebih cantik :) Tapi resiko kecelakaan lebih tinggi, karena melakukan 2 kali pendaratan. Seperti yang kita ketahui, persentase kecelakaan pesawat paling besar adalah ketika melakukan pendaratan.

Nyampe di surabaya sudah malam, jam 7-an. Kemudian cari calo travel di sekitar pintu keluar kedatangan. Setelah tawar-menawar, dapat harga Rp. 70.000,00. Mampir dulu ke rotiboy buat pengganjal perut dan oleh-oleh, lalu naik APV. Umumnya travel-travel surabaya-malang menggunakan APV. Ada juga yang menggunakan avanza. Total 4 penumpang bersamaku. Aku, andy, penumpang cewek tujuan Batu, sama seorang tentara, yang tinggal di daerah ksatriaan.

Jalur travelnya tidak seperti yang biasa kulalui. Dia tidak lewat tol, kemudian keluar porong. Tapi lewat jalur non tol. Karena besok selasa tanggal merah, banyak sekali kendaraan yang keluar surabaya menuju selatan, akibatnya jalanan macet parah. Entah di daerah mana, karena suasana gelap, tiba-tiba APV-nya belok ke jalan kecil. Masuk ke kampung-kampung. Banyak sekali orang-orang yang mengacungkan kotak meminta sumbangan dengan emosi, setengah memaksa. Aku heran, ada apa ini. Ternyata setelah beberapa waktu, tampaklah asap putih, beserta lampu-lampu yang terang menyorot ke satu titik. Wuih, sudah nyampe ke lumpur lapindo.

Makin lama makin dekat. Di remang-remang kegelapan, tampaklah reruntuhan rumah-rumah yang ditinggalkan pemiliknya. Sedangkan penduduk yang bertahan, membuat kamp pengungsian di sekitar tanggul lapindo. Kasihan. Kekejaman PT Lapindo Brantas ternyata tidak hanya menghilangkan rumah, tempat pulang kampung, kenangan bersama keluarga. Namun juga menghancurkan mental penduduk sana. Mereka menjadi pemarah, tidak punya tujuan hidup lagi, kehilangan motivasi bekerja, menjadi peminta-minta. Uang 10 rb, 20 rb, 50 rb yang kita kasihkan, pasti habis untuk makan. Perlu psikolog dan bantuan modal dari lapindo untuk membuat mereka pindah dan menempuh hidup baru.

Setelah melewati lumpur lapindo, tiba-tiba mobil njedul (muncul) ke jalan biasa, setelah gerbang tol gempol. Sang sopir mulai menambah kecepatan. Hihihi, ngeerii. Padahal jalanan hujan. Sempet hampir menyambar pengendara sepeda motor. Menjelang kota malang, kecepatannya turun. Kita ke daerah tentara dulu, ksatriaan. Untuk masuk kompleks militer, lampu depan harus dimatikan, lampu dalam mobil harus dinyalakan serta jendela dibuka. Protap untuk mobil asing.

Setelah itu ke tlogomas, tempat tinggalku di malang. APV-nya akan terus ke sengkaling, tempet andy, dan bablas ke batu. Keluar dari mobil, langsung disambut udara dingin menyegarkan kota malang. Gak berani mandi. Sholat trus tidur. Besok paginya, dikasih kartu axis sama kakakku. 6000-an bo', bisa buat internet, 3G lagi, 384 kbps (coba buat donlot, sekitar 30 - 35 KB/s). Petunjuk setting ada di http://raberba.blogspot.com. Pagi-pagi dingin, dibeliin pecel hangat sama dibuatin teh panas, trus internetan. Hidup yang nyaman ... (alhamdulillah)

Siangnya, rencana mau makan rawon brintik. Lokasinya ada di daerah sma 3 malang. Lupa nama jalannya. Belakang rumah sakit saiful anwar. Dulu diajak ortuku makan di sini. Enak. Sekarang ingin mengulangi lagi. Warungnya kecil, sederhana. Masuk ke sana, tiap meja sudah tersedia lauk pauknya.

Kita tinggal pesen, ingin rawon atau nasi rames. Lauk pauknya macem-macem, ada babat, usus, empal, tempe dan mendol. Mendol, makanan khas jawa. Terbuat dari tempe yang hampir busuk, dihancurkan, dicampur dengan bumbu (bawang putih, lombok, garam diulek), dikepal pake kepalan tangan, kemudian digoreng. Karena terbuat dari tempe busuk, di lidah jadi terasa aneh memang hehehe. Baunya juga aneh. Tapi banyak orang suka, termasuk aku. Hayo, di foto di atas, mana mendolnya ? (hint: lauk yang berbentuk kepalan tangan)


Menu utamanya adalah rawon. Makanan khas jawa timur yang mirip seperti soto. Masakan berkuah non santan, dan berisi daging sapi yang diiris kotak-kotak. Hanya saja tidak ada sayurannya. Bumbu yang paling penting adalah kluwak, yang memberi aroma, rasa khusus dan warna hitam. Orang-orang batam yang tidak mengenal rawon, selalu protes dengan warna hitamnya. Makanan apa tuh ? hitam, tidak menarik.

Satu sendok, hmm, tidak terlalu enak. Ada apa ini ? Apakah ekspetasiku berlebihan ? Atau seleraku sudah berubah ? Setelah kuamati, potongan dagingnya kelihatan baru, irisannya terburu-buru. Wah pasti ini sudah sisa-sisa. Karena aku nyampe sana jam 2 siang sih. Kuahnya sudah bukan bikinan original dari awal, sudah ditambal sulam supaya tidak habis. Jadi kuah original, sudah ditambahi air lagi, ditambahi garam lagi. Rasanya jadi tidak pas. Sayang sekali, seharusnya aku datang pagi-pagi. Saran bagi yang ingin merasakan rawon brintik, datanglah lebih awal.

1 comment:

Anonymous said...

aku pertama kali makan rawon, ya di batam :D (*siapa yang nanya yaaak?? hehe..
iya loh sedih banget lewat daerah korban lumpur Lapindo, liat rumah2 pada hancur, hiks.
btw, liputan acara nikahannya mas Anung nya mana om? (kan ada makan2nya juga :D )